Jumat, 01 November 2013

Sendiri di Hujan Kali Ini

Hari ini hujan turun lagi. Hujan turun dengan derasnya. Setelah sebelumnya langit tampak begitu pekat, akibat membendung uap air yang siap tumpah. Aku baru saja menyelesaikan jam kuliahku yang terakhir hari ini. Lantaran hujan dan aku tidak membawa payung, ku putuskan untuk mampir ke Caffe Taffione yang berada di seberang kampusku.
Setelah memesan Cappuccino Latte aku duduk di salah satu kursi yang berada dekat dengan kaca transparan dan menjadi pembatas antara cafe dan jalanan di luar yang basah. Sambil menunggu pesananku tiba, aku memperhatikan orang-orang di luar cafe. Meski hujan deras, banyak orang yang berkeliaran di luar sana. Ada yang berjalan cepat, ada yang berlari-larian padahal mereka sudah basah kuyub, dan ada pula yang sengaja berjalan dengan sangat lambat, seakan menikmati setiap tetes hujan yang turun.
Beberapa menit kemudian, pelayan menghampiri mejaku dan meletakkan cappuccino yang kupesan tadi. Aku mengangguk sambil mengucapkan terima kasih. Setelah pelayan itu pergi, aku mencicipi cappuccino yang mengeluarkan asap-asap halus.
“Rasanya tetap sama,” kataku di dalam hati.
Tiba-tiba aku merindukan sosok yang dulu menjadi temanku ke tempat ini, Ryan. Ryan adalah temanku sejak kami masih di bangku SMA. Dulu kami sering pergi ke cafe ini ketika turun hujan, duduk di tempat yang sama, memesan minuman yang sama, menghabiskan waktu bersama, bercerita sampai hujan reda, membahas apapun yang terlintas di pikiran kami, dan menertawakan apapun yang bisa kami tertawakan.
“Liat, deh tuh cewek. Kayaknya dia lagi ngambek sama pacarnya.” Kata Ryan sewaktu melihat pasangan yang berada di seberang cafe.
“Iya, ya. Liat muka cowoknya, udah kayak karyawan yang takut gajinya dipotong. Hahaha.”
“Tauk tuh, masa jadi cowok lembek banget gitu. Bikin malu kaum gue aja. Jadi cowok tuh yang tegas dong!” Katanya geram sendiri.
Aku tertawa mendengar ucapannya dan ekspresinya yang terlihat jengkel. “Biarin aja sih, tiap orang kan punya karakter masing-masing. Emang lo mau, semua cowok jadi sama kayak lo? Pasaran dong hahaha..”
“Yee enak aja, ntar gue gak kebagian cewek dong.” Candanya.
Aku hanya geleng-geleng kepala, tak habis pikir kenapa ada orang yang pedenya bisa over begini. Walau sebenarnya aku tak memungkiri fakta bahwa dia memang keren dan tampan. Semua orang iri denganku karena bisa menjadi sahabat cowok ganteng ini. Karena Ryan memang bukan tipe cowok yang suka tebar pesona dan dekat dengan banyak wanita. Sejauh ini, teman wanitanya cuma aku seorang. Ya, teman. Meski sebenarnya aku mengharapkan status kami lebih dari teman.
Sampai suatu saat ketika kami sedang mampir ke Caffe Taffione, dia bilang bahwa dia sedang menjalin hubungan dengan seorang wanita dari fakultas yang sama dengannya. Dan dia tidak ingin membuat wanita itu salah paham jika terus-terusan bertemu dan menghabiskan waktu denganku. Dia berjanji sesekali akan mengajakku jalan-jalan, tapi setelah pertemuan terakhir kami, dia tak pernah lagi menemuiku. Dia terlalu sibuk dengan kekasih barunya.

Dan disinilah aku sekarang, di Caffe Taffione. Sendirian. Mengenang. Merindukan. Dan menunggu hujan berhenti. Juga menunggu seseorang yang dulu terus bersamaku kembali.

Karya : Lidya Christin Silalahi
Sumber: http://martabakmietelor.blogspot.com/2013/11/sendiri-di-hujan-kali-ini.html

Sabtu, 26 Oktober 2013

It's Hurt but I'm Okay

Made at March, 21th 2013. 01.45 WIB

Dia berada berjuta-juta mil jauhnya dari tempatku sekarang
Dia yang sejak lama telah ku kenal
Dia yang datang ke dalam kehidupanku
Dia yang meluluhkan hatiku
Dia yang datang ketika telah ku tutup pintu hatiku
Dia lah yang mengetuk pintu itu dan berhasil membukanya

Dia memberikan kenyamanan yang sebelumnya tak pernah kudapat
Dia begitu tahu bagaimana caranya membuatku tersenyum di kala situasi sedang buruk
Dia memahami isi hatiku
Dia selalu memaklumi tindakan kekanakkanku
Dia selalu tersenyum saat aku melakukan kesalahan
Dia tak pernah keberatan menjadi tempatku bercerita
Bahkan dia rela menjadi pelampiasan kekesalanku

Ya....
Dia memang begitu sempurna untuk orang sepertiku
Dialah makhluk terindah yang pernah ada
Meski terpisah oleh jarak yang begitu jauh
Entah mengapa hatiku terasa begitu dekat dengannya

Sampai suatu saat aku menyadari akan banyak hal
Apakah hanya aku yang memiliki rasa yang berbeda?
Apakah dia tidak merasa nyaman denganku?
Apakah dia memang tidak pernah marah dan keberatan akan semua tindakanku?
Masih banyak pertanyaan lain
Dan dari sekian banyak pertanyaan, aku menyimpan pertanyaan terakhir untuk diriku sendiri
Apakah dia mencintaiku seperti aku mencintainya?

Cinta....
Ya, aku memang tak tahu pasti apa definisi cinta itu sendiri
Tapi semua yang ku lalui bersamanya adalah cinta bagiku
Salahkah aku memiliki perasaan itu untuknya?
Tidakkah aku berhak mencintainya?
Mengapa dia tak pernah menyatakan bahwa dia pun merasakan hal yang sama?
Apakah dia ragu akan perasaan ku?
Apakah dia takut menerima penolakan dariku?
Apakah dia menunggu waktu yang tepat untuk mengungkapkannya?
Atau bahkan...... dia memang tak pernah menganggapku spesial baginya?

Tidakkah aku cukup berarti untuknya?
Dan sampai aku menerima kenyataan bahwa memang tak pernah ada yang spesial di antara kami
Bahwa akulah yang selama ini terlalu menaruh harapan lebih padanya
Bahwa akulah yang tak tahu diri mengharapkan balasan darinya

Ya...
Mungkin aku tidak pantas untuknya
Aku hanyalah makhluk biasa nan sederhana dan sama sekali tak mempunyai kelebihan apa-apa yang mencintai seorang yang begitu sempurna
Aku sadar... tak seharusnya aku memiliki perasaan ini
Aku tak berhak memilikinya
Dan aku tak berhak memaksakan perasaanku
Bukankah cinta tak harus memiliki?

Mungkin dia akan lebih bahagia dengan wanita yang lain
Wanita yang jauh lebih baik dariku
Wanita yang setara dengan kesempurnaan yang dimilikinya
Mungkin bukan aku sosok wanita yang dicarinya
Dan juga mungkin Tuhan belum mengizinkanku membagi hatiku kepada orang lain
Mungkin Tuhan tak ingin aku menyia-nyiakan waktuku dengan orang yang tepat menurutku namun tidak tepat bagiNya
Mungkin Dia tak ingin aku merasakan sakit hati yang lebih parah nantinya

Ah...
Mengapa aku begitu bodoh?!
Tentu saja ada yang lebih mencintaiku
Dan Dia lebih berhak mendapatkan cintaku
Sebelum aku benar-benar menemukan pasangan hidupku

Karya : Lidya Christin Silalahi
Sumber : http://martabakmietelor.blogspot.com/2013/03/its-hurt-but-im-okay.html

Aku Menyerah Namun Tak Menjauh, Salahkah?

Ketika bertemu tak pernah tahu apa yang harus dilakukanMembuat lelucon, takut dikatakan garing
Diam saja, takut dikira sombong
Mencoba bersikap ramah, nanti dianggap sok kenal sok dekat

Ingin menarik perhatianmu, namun tak mengerti bagaimana caranya
Aku mengagumimu..
Aku ingin kau tahu itu tanpa harus ku katakan

Betapa bahagianya menjadi alasan bagimu untuk tersenyum
Begitu indah saat mengetahui tatapanmu tertuju padaku
Dalam hati ku memohon "Tuhan, tolong jangan alihkan pandangannya dariku"
Sangat bersyukur bisa melihat tawamu
Tawa yang khas saat mendengar ucapan yang ku lontarkan

Ingin selalu menjadi alasanmu tersenyum dan tertawa
Ingin selalu dipandang diam-diam oleh mu
Ingin menjadi satu-satu nya orang yang dapat membuatmu tersenyum
Egoiskah aku?
Ingin melihat tawamu setiap saat, setiap hari

Namun...
Tak hanya aku yang mengagumimu
Begitu banyak wanita yang lain, yang berusaha merebut perhatianmu
Begitu perih melihatmu bersama yang lain
Begitu miris saat diabaikan olehmu dan kau bersenang-senang dengan yang lain

Aku cemburu....
Ah, aku bahkan bukan siapa-siapamu
Aku sama sekali tak berhak untuk merasa cemburu
Terkadang aku memang tak tahu diri
Sering kali tak menyadari dimana posisiku berada saat ini

Statusku bukanlah siapa-siapa
Aku hanyalah seorang wanita yang mengagumimu
Tak lebih dari itu
Kuputuskan untuk menyerah, menyerah menarik perhatianmu
Aku menyerah namun tak menjauh, salahkah? :')

Aku hanya ingin selalu bisa melihat senyum dan tawanya
Walau bukan aku yang menjadi alasannya, sudah cukup bagiku
Aku tak pernah meminta lebih
Aku tak pernah mengharapkan sesuatu yang tak pasti
Mungkin pernah namun selalu ku akhiri
Karena aku tahu, itu hanya akan menyakiti diriku sendiri

Karya : Lidya Christin Silalahi

Waiting. It's Difficult and Hurt

Aku lah yang selalu ada di tiap suka dan dukamu
Aku lah yang selalu mendukung keputusanmu
Aku lah yang tak pernah lelah memberikanmu semangat di kala kau kecewa
Aku yang selalu menghiburmu saat kau sedang kesepian

Aku tak pernah keberatan menjadi pelarianmu
Aku tak pernah menolak kau jadikan pelampiasanmu
Yang ku tahu hanyalah berusaha menjadi yang terbaik untukmu
Kau pun menyadari bahwa akulah yang selalu ada buatmu
"Kamu memang sahabat terbaikku..", katamu
Sahabat? Ya.. Hanya sahabat

Dari dulu, sekarang, dan sampai kapanpun aku hanyalah SAHABAT dimatamu
Tak pernah lebih, tak pernah berubah
Kau memang menyayangiku
Tapi rasa sayang yang kau miliki berbeda dengan yang kumiliki

Selama ini, hanya dialah yang selalu menjadi nomor satu dihatimu
Dialah yang selalu kau pandang lebih dulu dibanding aku
Dialah yang kau harapkan menjadi pendampingmu
Bagimu dia yang terpenting di hidupmu
Bahkan kau mengabaikanku, 'sahabatmu' selama ini jika kau sedang bersamanya

Kau menjaga dan melindungi dia layaknya menjaga sebuah berlian
Kau begitu khawatir sesuatu yang buruk terjadi padanya
Dan bisa-bisanya kau tak memperdulikanku sama sekali
Kau menganggapku begitu kuat dan bisa menjaga diri
Tapi.. Salahkah jika aku ingin dilindungi olehmu juga???

Bohong kalau bilang cinta itu indah!!!
Cinta itu sakit!!! Sesakit hatiku melihatmu dengannya!!
Mungkin kau sudah tahu bahwa aku mencintaimu
Tapi kau lebih memilih untuk menyuruhku mencari pria yang lain
Terlambat...
Hati ini terlanjur menjadi milikmu

Sampai kapanpun kau lah yang berhak mendapatkan hatiku
Bukan orang lain, tidak siapapun
Sampai sekarang, aku masih menunggu
Menunggu sedikit celah dihatimu terbuka untukku
Menunggu kau membuka sebagian hatimu untukku
Menunggu kau memberikan seluruh hatimu untukku
Menunggu kau melupakannya
Menunggu rasa cintamu padanya memudar
Meski aku tahu, bahwa penantianku akan sia-sia. Bahwa saat itu tak akan pernah datang

Aku...
Mencintaimu dengan sepenuh hatiku
Aku tahu itu kalimat yang klise didengar
Tapi percayalah, memang itu yang kurasakan
Aku akan tetap menunggumu, hatimu, dan cintamu...

Karya : Lidya Christin Silalahi
Sumber : http://martabakmietelor.blogspot.com/2013/03/waiting-its-difficult-and-hurt.html

Menghapus Rasa Pilu

Apa aku berhak mencintaimu? Mencintaimu yang sama sekali tidak tau akan perasaanku ini?

Tak pernah sedetikpun aku tak memikirkanmu. Disetiap kesempatan kau lah yang muncul begitu saja di benakku. Mungkin Tuhan menciptakanku untuk mencintaimu. Detak jantungku akan terus berdetak selama aku masih menunggumu. Nadiku akan terus berdenyut jika aku masih mengharapkanmu. Tak bisa kubayangkan jika kau tak lagi ada dihidupku. Apa arti hidupku ini jika tanpamu?

Aku merasa begitu bodoh. Bodoh karena menunggu seseorang yang sama sekali tak pernah tau jika ia sedang ditunggu. Bodoh karena hanya akulah yang tersakiti dalam kisah ini. Kisah yang tak kunjung berakhir. Karena kisah ini tak akan pernah berakhir jika aku tak denganmu. Tapi sampai kapan aku sanggup bertahan dalam kisah yang pahit ini, kisah yang menyeretmu ikut serta sebagai pemeran utamanya.

Untuk sementara yang bisa kulakukan hanyalah berkhayal. Berkhayal kaulah yang mengisi hari-hariku. Kau yang selalu ada disaat aku membutuhkanmu. Kau yang membalas perasaanku. Tapi ketika aku menyadari bahwa semua itu tidak nyata. Aku kembali merasa sakit. Mengapa kenyataan begitu pahit sayang? Mengapa aku tak dibiarkan hidup di dalam mimpi saja. Barangkali di dalam mimpiku kau akan berperan sebagai pangeran yang datang untukku. Ya, kau yang datang dengan sendirinya dan bukan aku yang menunggu kedatanganmu.

Tapi aku ragu, jangan-jangan di dalam mimpipun aku sama sekali tak berhak memilikimu. Oh Tuhan... Mengapa begitu rumit kisah cinta yang ku alami. Pantaskah aku menyalahkanmu atas semua yang terjadi? Mengapa kau tidak menjadikan aku dengannya? Mengapa tak kau izinkan kami untuk bersama? Apa yang salah denganku? Apa aku memang tak pantas menikmati indahnya cinta seperti yang dirasakan orang lain?
Ketika rasa sunyi menghantui, aku kembali berpikir kesunyian ini akan terasa bagai keramaian di taman kota jika ada kau disampingku. Saat mendung menyelimuti langit, aku yakin mendung kan berganti menjadi pelangi yang muncul setelah hujan bila kau bersedia bersamaku.

Jika mencuri adalah dosa. Kau telah berdosa besar karena telah mencuri seluruh hatiku! Seutuhnya. Sepenuhnya. Kau jadikan milikmu! Betapa serakahnya dirimu. Aku bahkan tak yakin dengan sengaja kau mencurinya dariku. Kau membuatku begitu tergila-gila akan dirimu. Kau menjadikanku kecanduan akan cintamu.

Cara yang tepat untuk menghapus rasa sakit ini adalah dengan menjauh dari hidupmu. Meski itu hal yang sulit dilakukan, tapi apa salahnya mencoba. Entah butuh waktu berapa lama untuk melupakan perasaan ini. Ya, aku hanya akan melupakan perasaan ini, bukan melupakanmu. Karena aku takkan sanggup jika tak ada kau dihidupku. Aku hanya perlu menghindar darimu sementara sampai aku benar-benar tak lagi memiliki perasaan bedebah ini. Hingga aku siap bertemu denganmu tanpa debaran yang begitu kencang di dadaku.

Kapan waktu itu akan tiba? Itulah pertanyaanku saat ini.


                                 terimakasih untuk cinta memilukan ini


Karya   : Lidya Christin Silalahi

Manis di Awal, Pahit pada Akhirnya

Berjanjilah 'tuk belajar mencintaiku
Berjanjilah kau kan ada untukku
Berjanjilah 'tuk selalu menemaniku
Walau kau hanya sebuah mimpi untukku
Tapi cintaku tak akan berhenti walau sampai disini~

Adakah cara untuk melupakanmu? Melupakan semua tentangmu, bayanganmu, cintamu dulu, kenangan bersamamu, semua yang berkaitang denganmu.
Hanya sakit yang kuterima jika aku tetap mengenang semuanya.
Aku tak mampu melihat bayangan dirimu yang ada di sekelilingku, kau seakan terus ada di dekatku, menghantuiku, apapun yang ku lakukan aku kembali teringat denganmu.
Karena dulu, dulu semua kita lakukan bersama. Berdua. Kau dan aku. Kita.
Andai aku mempunyai tombol delete di otakku, aku akan menghapus semua kenangan tentangmu.
Seakan kau tak pernah ada.
Andai aku bisa memilih mana yang harus ku ingat dan mana yang harus ku hapus dari pikiranku.
Maka aku akan menghapus namamu dalam hidupku.
Seakan kau tak pernah datang ke dalam hidupku.
Andai otakku seperti handphone yang dapat di instal ulang, aku ingin kembali seperti dulu lagi.
Saat dimana kau belum hadir dihidupku.
Andai aku menyimpan Smadav di otakku, akan ku musnahkan semua virus yang terus mengingatkanku akan engkau.
Karena kau begitu berpengaruh bagi hidupku.
Kalau dulu kau menjadi alasan aku begitu bersemangat dalam memulai aktivitasku, maka sekarang kau pun menjadi alasan bagiku untuk malas melakukan hal apapun.
Begitu hampa, begitu kosong, begitu hambar hidupku tanpamu.
Berlebihan memang, tapi sungguh itulah yang kurasakan.
Andai aku bisa memilih, aku tak ingin mengenalmu.
Karena dengan mengenalmu aku dapat merasakan bahagia sekaligus sakit.
Manis di awal, pahit pada akhirnya :')

Karya  : Lidya Christin Silalahi
Sumber: http://martabakmietelor.blogspot.com/2013/04/manis-di-awal-pahit-pada-akhirnya.html

Jumat, 25 Oktober 2013

DULU Sahabat, Sekarang?

Tahukah bagaimana rasanya jika kamu mempunyai seorang sahabat yang sudah lama dekat denganmu lalu dia melupakanmu begitu saja? Jarak yang memisahkan kalian ternyata bisa menjadi alasan putusnya komunikasi. Orang lain yang masuk dalam kehidupan masing-masing kalian pun mempengaruhi kedekatan kalian. Misalnya saat dia menemukan teman baru yang berada lebih dekat dengannya dan bisa selalu berada disisinya maka dia akan cepat melupakanmu. Menganggapmu tak ada. Seakan kamu tak pernah menjadi salah seorang yang penting dalam hidupnya.
Dia boleh saja melupakanmu, tapi bagaimana denganmu? Tentu kamu tidak bisa dengan mudahnya melupakan dia. Kamu masih membutuhkannya. Padahal hanya dialah orang yang kau percaya sebagai tempat bercerita. Dia lah yang kamu andalkan ketika membutuhkan solusi. Dia lah yang paling bisa mengerti perasaanmu. Tapi kini, kamu kehilangan sosok itu. Sosok yang selama bertahun-tahun mengisi hari-harimu, berada di sampingmu, temanmu bercerita, tempatmu menangis.
Apalagi sekarang dia sudah mempunyai seorang kekasih. Dan ternyata dia lebih mementingkan kekasih nya itu dibandingkan dirimu. Hahaha betapa malangnya dirimu. Dilupakan. Diabaikan. Dianggap tak ada. Tak dipedulikan lagi.
Kamu merindukannya, tapi tak tau bagaimana cara melampiaskannya. Menghubunginya? Bagaimana jika dia mengabaikan sms dan telpon mu, haruskah kamu yang memulai? Tidakkah dia mempunyai inisiatif untuk menanyakan kabarmu lebih dulu? Tidak. Itulah jawaban yang kamu dapatkan.
Tidakkah kamu pantas untuk diingat? Setelah sekian lama kalian berteman. Tidakkah pertemanan itu berarti apa-apa baginya? Bahkan ketika kamu mendatanginya saat kamu membutuhkannya, dia hanya menoleh dan tidak mempedulikanmu. OH!!!
Mulutmu boleh mengatakan bahwa kamu tidak perduli dia mengabaikanmu dan kamu juga bisa melakukannya. Tapi pada kenyataannya, hatimu menangis. Hatimu merasa sedih mendapatkan pengabaian. Kamu merindukan hubungan kalian yang dulu. Namun apa boleh buat, tampaknya itu hanya akan menjadi keinginan semu. Sungguh malang dirimu nak!

Karya    : Lidya Christin Silalahi
Sumber  : http://martabakmietelor.blogspot.com/2013/05/dulu-sahabat-sekarang.html

Twitter Party

Malam ini beberapa anggota kelas ngadain Twitter Party. Temanya menggalau ria. Awalnya karena Evan keliatan bermuram durja (galau). Nah jadi pas jam pelajaran sosiologi, kelompok lain pada presentase kami malah buat rencana untuk twitter party malam ini. Rencananya kami ngebuat tweet galau berhastag kan #AlayNight dan dengan tanda "- Evan" nya biar orang-orang ngiranya itu kutipan dari Evan, padahal mana kita tahu kalo ada yang ga sengaja curhat colongan kan? Hahahaha

Nah, sebelum menuhin TL, sebagian kami minta izin dan minta maaf dulu sama semua penghuni twitter. Kalo-kalo ada yang sakit mata ngeliat tweet kami kan, silahkan unfoll. Gamasalah kok, followers ga cuma satu. Bhaha! *nyombong

"Malam ini ingin ada twitter party, pengen ngalay. sorry kalo menuhin TL, gasuka silahkan unfoll" #AlayNight ;;) - @lidya_christin

"Malam ini aku akan menuhin TL kalian dengan kata" alay. jadi mohon maaf sebelumnya" - @AninNugroho97

"Malam ini saya akan menuhin TL kalian dengan kata2 ALAY . jadi mohon maaf sebelumnya lol" - @atkulf

Dan inilah hasil tweet random super galau dari kami. Selamat membaca!^^

"Apalah arti hidup ini jika tak ada dirimu didalamnya" - LOY
 
"Taukah dirimu? Disini aku menginginkan kamu memperhatikanku." - LOY

"Walaupun hatiku terlihat tegar, sebenarnya hatiku sangat rapuh" - Anin

"Meski jarak memisahkan kita, percayalah hati kita tetap menyatu." - LOY

 "Ragaku memang jauh dari mu tapi jiwa ku tetap di hatimu" - Tia

"Kumohon, jangan mencari pelarian saat kita enggan saling menyapa." - LOY

"Walaupun aku berada dengan yang lain, tapi hati dan mataku selalu tertuju padamu" - Anin


"Masihkah ada aku dihatimu?" - Atika

"Jangan jadikan aku alasan saat kamu menangis, biarkan aku menjadi alasan saat kamu tersenyum." - LOY

"Walaupun aku tak menangis di depanmu tapi dibelakang mu aku bersedih" - Tia

"Jangan buat aku berfikir bahwa aku yang salah. Aku mohon" - Tia

"Aku akan pergi jika itu membuatmu senang, tp kumohon..lihat aku disini yang selalu menantimu kembali" - Anin

"Bukankah dulu kita saling menyayangi? Mengapa sekarang kau meninggalkanku?" - LOY

"Senyum dan tawaku, semua hanya untukmu" - Anin

"Jangan siasiakan cinta suciku yang tulus hanya untukmu." - LOY

"Aku harap, waktu bisa di putar agar aku tidak membuat kesalahan yang bs manyakitimu" - Anin

"kita selalu melakukan semuanya bersama, tapi kini aku sendiri melawan kasedihan di hatiku" - Anin

"Dibalik senyumku, ada tangis ketika kau memandang orang lain." - LOY

"Pantaskah aku mencintai?Berhakkah aku dicintai?Atau,Bolehkah ku dapatkan yang setia?" - Atika

"Aku merasa menjadi orang bodoh jika tidak ada kau disampingku" - Anin

"Jangan abaikan aku, kembalilah seperti dulu." - LOY

"In my heart, there's only you" - Anin

"Bukan karena aku tak peduli padamu, tapi karena aku menyayangimu maka aku merelakanmu dengannya." - LOY

"Aku tak bisa membayangkanmu pergi dari genggaman ku" - Lita 

"Jika aliran darah ini bisa menyambung dengan aliran darahnya, maka cinta itu kan abadi" - Atika

"Lihatlah aku disini. Lihatlah betapa tegarnya diriku berdiri dan berjuang untuk memperjuangkan cintaku padamu." - LOY

"Demi Tuhan, aku menyayangimu dan aku sangat ingin kembali padamu" - Anin

"Seperti udara,cintamu tak dapat ku sentuh tapi bisa kurasakan" -Lita

"Lepaskanlah & tinggalkanlah aku jika aku adalah luka & derita buatmu karena kau juga pantas bahagia." - LOY

"Tetaplah disisiku akan terasa berat jika hidup tanpamu" - Atika

"Aku disini, menantimu dengan airmata berharap kau kau datang menghapus semua luka & derita ini." - LOY

"Duniaku adalah tentang dirimu, aku benar" hancur saat kau pergi meninggalkanku" - Anin 

"Cintaku takkan ku bagi untuk yang lain. Hanya untuk mu seorang" - Tia

"Ajari aku cara mencintai mu agar hubungan ini menjadi hubungan yang paling sempurna:)" - Atika

"Kau cahaya yang menerangiku. Tetap la di sini" - Tia

"Masih adakah sedikit bayangan ku di matamu" - Lita

"Tidakkah aku berarti bagimu layaknya kau begitu berarti di hatiku?" - LOY

"Aku selalu melindungi 2 dunia yg kita miliki. dunia t4 kita bertemu dan dunia dimana kita selalu bersama" - Anin

"Aku tak sempurna. Tapi aku belajar lebih baik untuk mu" - Tia

"Hati ini akan tampak gelap gulita tanpa hadirmu di dalamnya." - LOY

"Jujur, aku tidak dapat jauh-jauh darimu" - Anin

"Aku disini, menantimu dengan airmata berharap kau kau datang menghapus semua luka & derita ini." - LOY
"Aku tak sempurna. Tapi aku belajar lebih baik untuk mu" - Tia

"Kurelakan kau pergi, walau itu sulit tuk tinggalkanmu." - LOY

"Semua terasa pahit saat kau mengucapkan kata 'berpisah' " - Anin

"Aku hanyalah manusia biasa, tapi jika kehadiranmu di hidupku itu akn mnjd sempurna" - Atika

"Cintai kekuranganku :*" - Tia

"Izinkan aku mengucapkan kata cinta untukmu, sekali lagi." - LOY

"You taught me how to love, but not how to stop." - LOY

"It's hard to tell your mind to stop loving someone when your heart still does" - LOY

"Semua akan kulakukan untuk membuatmu kembali ke sisiku" - Anin

"Can't stop thinking about you" - Atika

"It's not too late to love you" - Atika

"Trying to forget someone you loved is like trying to remember someone you never even knew" - LOY

"Cinta itu ketika dia tidak menunggumu, tetapi kamu menunggunya" - LOY

"Kesempatan! Itu yang ku harapkan darimu" - Tia

"Ketika cinta tlah membuatmu buta, maka sadarlah karena itu kan membuatmu menderita" - Atika 

"Saat kau menjauh, seakan ada lubang hitam yang kosong di hatiku" - Anin

"Perjuanganku mendapatkan kepercayaanmu tidak sebanding dengan berpisah denganmu terlalu cepat" - Anin

"Kau seperti bintang dimalam ku, dan kau seperti matahari di pagiku" - Serli

"Aku sudah bukan siapa-siapamu lagi, Aku ini hanya laki-laki yang gagal melupakanmu." - Anin

"Hidupku terasa lengkap jika ada kau disisiku" - Anin

"Aku harap hubungan kita seperti samudra yang tiada ujungnya" - Anin

"Mungkin yang terbaik bagimu adlh menjauh, tapi bagiku kau terbaik" - Serli

"Tak dapat menahan mulut untuk menegurmu" - Tia

"Harapanku hanyalah cintaku ini tak bertepuk sebelah tangan." - Atika

"Ketika cinta tlah membuatmu buta, maka sadarlah karena itu kan membuatmu mendrita" - Atika

"Semua akan kulakukan untuk membuatmu kembali ke sisiku" - Anin

"Ketika dunia ini hancur, aku akan tetap mempertahankan cintaku untukmu" - Anin

"But you don't understand, Yes i catch a grenade for you," - Serli

"Namamu selalu hadir disetiap doaku." - LOY

Sumber : http://martabakmietelor.blogspot.com/2013/05/twitter-party-alay-night.html

Something Make Her Different

Dia berbeda
Berbeda dari yang lain
Fisiknya memang tak kurang suatu apapun
Tapi caranya berjalan, caranya bicara, ketidakpekaannya saat ada yang memanggil
Semuanya membuat dia berbeda
Entah kenapa setiap tindakannya selalu salah dimata orang lain
Padahal sebenarnya, dia tidak mengganggu dan tidak menyusahkan
Tapi selalu ada yang menyalahkannya
Jika dia terlihat sedang tertawa, tersenyum atau tampak bahagia
Maka orang-orang akan mentertawakannya, tertawa mengejek
Seakan dia adalah bahan lelucon
Ketika ditertawakan pun, dia terlihat tak peduli
Atau.... dia memang tak menyadari bahwa dia sedang diolok-olok
Ketika ada yang memarahinya, dia hanya diam
Itupun karena sedang merasa bersalah atau memang tak pernah tahu dimana letak kesalahannya?
Jika aku menjadi dirinya, aku bahkan tak akan sanggup mendengar setiap celaan, tawa mengejek dan semua makian yang tertuju padaku
Tapi dia tampak begitu tegar, seakan tak ada yang dapat mengganggu pikirannya
Seakan tak mempunyai beban
Kadang aku bertanya-tanya, apa sih yang ada di dalam pikirannya?
Tidakkah dia merasa tersisihkan? Karena tanpa alasan semua orang menjauhinya
Mengucilkannya di keramaian
Dan tak pernah ada yang ingin mengajaknya tertawa bersama~

Karya  : Lidya Christin Silalahi
Sumber: http://martabakmietelor.blogspot.com/2013/06/something-make-her-different.html

Bukan Berarti


Aku sedang asik menuliskan semua ide-ide yang berkejaran di kepala ku ke dalam buku catatan pribadiku. Bukan semacam diary, hanya buku yang selalu ku bawa kemana-mana, kalau-kalau ada ide yang tiba-tiba lewat sepintas di kepalaku. Karena terkadang aku mengisi waktu senggang dengan menulis syair atau cerpen. Aku menulis secepat yang kubisa, takut kalau lewat sedetik saja maka ide itu akan terlupakan. Yeah, aku memang gampang sekali melupakan hal-hal kecil, maka dari itu aku membutuhkan buku ini.
Setelah kurasa ide yang berkeliaran beberapa menit yang lalu telah habis tertulis dengan tinta hitam di tanganku, aku mengedarkan pandangan ke sekeliling. Aku sedang berada di belakang kampusku. Ini salah satu tempat favoritku di universitas ini. Tempat ini semacam taman yang teduh karena banyak pohon disekitarnya dan tidak banyak orang yang berkunjung ke sini pada jam-jam tertentu termasuk sekarang ini, sehingga memberi ketenangan jika sedang ingin berkonsentrasi. 
Sebenarnya aku sudah tidak mempunyai jam kuliah lagi, tapi karena tidak tahu harus menghabiskan waktu kemana, akhirnya aku memutuskan untuk mampir kesini. Sesaat setelah memasukkan buku kecil dan pulpen yang tadi aku gunakan ke dalam tas, aku melihat seorang pemuda yang tampak keberatan membawa setumpuk buku yang bisa dikatakan sangat banyak. Buku-buku itu sangat tebal. Dan seperti yang kubilang tadi, sangat banyak. Sehingga menghalangi pandangannya. Dia berjalan dengan sangat pelan dan menjaga keseimbangan tubuhnya agar tak terjatuh.
Dia terus berjalan dengan lambatnya, dan aku hanya memandanginya. Benar-benar tak berkeinginan untuk membantu. Aku bukannya tak berperikemanusiaan. Hanya saja, aku terlalu sibuk memandangi pria itu. Gerak-gerik tubuhnya begitu mengundang pertanyaan, apa yang akan dilakukannya selanjutnya? Aku memandangi wajahnya yang hanya tampak dari samping. Dia seakan terlihat sangat awas. Takut-takut kalau tersandung dan mengakibatkan dirinya terjerembab jatuh ke tanah dengan semua buku yang dibawanya. Dan benar saja, tak lama kemudian dia tersandung batu didepannya yang tentu tak tampak olehnya.
Pria itu terduduk dan memandang pasrah ke arah buku-buku yang berserakan di depannya. Dia mendengus kesal, lalu memunguti buku-buku itu lambat-lambat.
“Perlu bantuan?” Aku mendatanginya karena tak tega.
Dia menatapku nanar, seakan mengiyakan dengan tatapannya. Setelah berhasil mengumpulkan keseluruhan buku yang tadinya berserakan, dia menyodorkan tangannya mengajak berkenalan.
“Gue Mario. Lo?” Tangannya mengambang ke arahku, bibirnya menyunggingkan senyum yang sangat manis.
Butuh waktu beberapa detik untukku membalas jabatan tangannya. “Kayla.” Jawabku singkat.
“Thank’s ya udah bantuin. Ini semua gara-gara Pak Bonar. Enak aja dia nyuruh gue ngebawa buku sebanyak ini dari perpus ke ruangannya dia yang jaraknya jauh banget. Ga mikir apa ya, dia. Dikira gampang apa bawa buku sebanyak ini sendirian!!”
“Hahaha. Lo kayak gatau Pak Bonar aja. Dia kan gabsia di tolak. Jadi, ya, anggep aja hari ini lo lagi sial kena ‘permintaan’ tolongnya dia yang disetujui secara sepihak.”
“Iya, sih. Untung dia dosen, kalo bukan udah gue banting nih buku depan mukanya.” Dia tampaknya masih sangat kesal.
“Emang lo jurusan apa kok sampe bisa kenal sama Pak Bonar?” Tanyaku penasaran sekaligus mengalihkan pembicaraan agar kesalnya segera hilang.
“Gue jurusan Ekonomi. Jelas aja kenal, siapa sih yang ga kenal sama dia? Guru ter-killer sekampus. Lo sendiri?”
“Gue ambil Psikologi. Terus, ini mau dibantuin bawa sampe ke ruangan Pak Bonar ga? Kesian gue ngeliat lo.”
“Iya deh, untung ada lo. Kalo nggak, ntah kapan gue lepas dari nih buku-buku sialan.” Dia berdiri sambil membawa sebagian buku-buku yang semula dibawanya. Aku mengambil sebagiannya lagi dan ikut berdiri.
Kami berjalan beriringan menuju ruangan Pak Bonar, dalam diam. Sibuk dengan pikiran masing-masing. Aku pun tak tahu ingin membahas apalagi. Akhirnya setelah meletakkan buku-buku sialan yang disebutkan Mario tadi ke meja terkutuk Pak Bonar yang juga disebutkan Mario, kami berjalan ke parkiran. Mario berniat mengantarkanku pulang, sebagai ucapan terima kasih katanya. Tentu saja aku tidak menolak niat baiknya, karena matahari begitu menyengat dan akan sangat melelahkan menunggu Bus di bawah terik matahari secerah ini.
“Rumah lo, dimana?” Katanya sambil menaiki motor dan mengisyaratkan aku untuk naik di belakangnya.
“Ga jauh dari sini kok. Ntar gue tunjukin aja jalannya.”
                                                                           * * *
            Suara dering ponsel tanda ada pesan masuk membuatku mengalihkan perhatian dari novel yang sedang kubaca. Karena hari sudah sore dan tak ada kegiatan yang harus dikerjakan, aku memutuskan untuk bersantai sambil membaca novel. Ternyata pesan dari Mario. Ya, tadi siang sesampainya di rumahku dia menanyakan nomor ponselku.
            “Besok pagi bareng gue aja, gimana?” Aku tersenyum membacanya.
Jujur saja, aku sangat senang bisa mengenal pria semanis dan sebaik Mario. Entah mengapa, saat berada di atas motor dengan Mario, aku merasa tak ingin turun saja. Aku benar-benar menikmati aroma tubuhnya, aroma mint yang segar di penciuman. Dan ketika aku melingkarkan lenganku di dekat perutnya, aku merasakan kehangatan yang begitu menghanyutkan. Aku tahu itu tak seharus seharusnya terjadi. Tapi, tak apalah. Toh dia diam saja. Lagian dia juga membawa motornya dengan kecepatan tinggi. Jadi, tidak ada yang salah bukan?
“Gapapa sih kalo ga ngerepotin.” Balasku untuk pesannya tadi.
“Nggak lah, lagian rumah kita searah. Oke, besok gue jemput ya.” Tak ada tanda tanya. Itu artinya dia sudah membuat keputusan dan tak perlu menanyakan jawabannya.
* * *
            Sejak pengantarannya dan penjemputannya yang pertama, Mario jadi rutin menjemput dan mengantarkanku kembali ke rumah. Sudah sebulan sejak perkenalan kami. Dan kami menjadi lebih dekat. Kami sering menghabiskan waktu di atas motor membahas tentang apapun. Masalah kejiwaan, masalah pendapatan negara, tentang film, tentang makanan, tentang dosen, tentang mata kuliah, dan hal lainnya yang kami anggap menarik.
            Kami merasa sangat cocok satu sama lain saat sedang berbincang. Aku seakan memahami semua perkataannya dan dia selalu mendengarkan apa yang kubicarakan. Dan kecocokan itu menimbulkan rasa nyaman dihatiku. Senyaman saat aku menghirup aroma mint dari tubuhnya. Mungkin tak sekedar hanya rasa nyaman. Sepertinya aku mulai menyukainya. Dan dari semua kebaikan yang diberikannya, sepertinya dia pun merasakan hal yang sama denganku.
            Pagi ini seperti biasa, aku menunggunya datang menjemputku untuk pergi ke kampus bersama. Tapi hampir setengah jam aku menunggunya, dia tak kunjung datang. Tidak biasanya dia datang lebih lama dari waktu yang dijanjikan. “Ah, mungkin aja dia kejebak macet. Paling bentar lagi juga nyampe.” Kataku dalam hati.
            Tapi sampai sejam kemudian, Mario sama sekali tak muncul. Aku mulai khawatir, jangan-jangan terjadi sesuatu padanya. Aku memutuskan untuk mengirimkan pesan padanya.
To: Mario
Yo, kamu dimana? Jadi jemput kan?
18/06/13 09.00 WIB
            Tak berapa lama kemudian, ponselku berdering menandakan pesan masuk.
Sender : Mario
Astaga, gue lupa ngasih tau lo, Kay. Hari ini gue gabisa jemput lo. Cewek gue masuk rumah sakit. Lo ke kampus sendiri gapapa, kan? Sorry banget ya?
18/06/13 09.07 WIB
            DEG! Apa katanya? Ceweknya masuk rumah sakit? Cewek??? Jadi, selama ini Mario punya cewek? Kenapa Mario tak mengatakannya sejak awal? Kenapa dia mengatakannya setelah rasa ini ada? Mengapa dia harus bersikap baik padaku selama ini? Apa maksud dari semua tindakannya selama ini? Semua senyum manis yang diberikannya padaku. Semua perbuatan baiknya. Semua kenyamanan yang diberikannya. Apa maksudnya dengan semua itu????
            Aku memutuskan untuk tidak pergi ke kampus hari ini. Mood ku untuk menerima mata kuliah hilang seketika. Percuma jika kupaksakan, paling aku hanya melamun nantinya. Aku melemparkan handphone yang ku pegang tadi ke atas kasur. Kemudian aku membuka laci di samping tempat tidurku, mencari-cari buku kecil yang sudah lama tak kutulisi. Aku mengambil pulpen dari tasku, dan menghempaskan tubuhku ke atas tempat tidur. Dengan posisi telungkup, aku menuliskan semua kekesalanku di buku kecil itu dalam bentuk syair.
Kau datang dalam kehidupanku
Kau memberikanku apa yang selama ini tak kudapatkan
Kau memberikan kenyamanan, keu menawarkan sejuta kebahagiaan
Hingga akhirnya kusadari bahwa aku mencintaimu
Aku menunggumu untuk mengatakannya
Menunggu kau yang lebih dulu mengungkapkannya
Karena ku pikir kau pun memiliki rasa yang sama denganku
Tapi ternyata aku salah
Kau... kau telah dimiliki wanita lain yang bahkan tak ku ketahui siapa
Mengapa kau tak membiarkanku mengetahuinya sejak awal?
Mengapa kau biarkan aku terjerat dalam cintamu lebih dulu?
Mengapa kau memilihku untuk kau sakiti?
Kata yang tepat untukmu saat ini adalah: BRENGSEKK!!
Andai aku tahu sejak awal akan seperti ini jadinya
Takkan pernah kuterima niat baikmu
Takkan pernah kubiarkan kau memasuki kehidupanku
Takkan kubiarkan kau menghancurkan perasaanku dengan sadisnya
Haha!

                                                                          * * *      
                Aku tertidur setelah menangis sedari pagi. Dan kini mataku begitu berat untuk dibuka. Aku berjalan sempoyongan ke arah kamar mandi. Kuputar keran air di wastafel dan membasuh mukaku sekali, lalu melihat ke arah cermin. Crap! Mataku bengkak sebesar bola pingpong sekarang. Pasti karena lelah menangis aku jadi tertidur dan inilah akibatnya. Yasudahlah, lagian aku tak berniat kemana-mana hari ini. Tak kan ada yang melihat keadaan mataku ini. Aku kembali membasuh mukaku.
            Aku duduk di tempat tidurku, melihat buku kecil yang tadi pagi kutulisi dengan beruraian air mata. Kembali teringat dengan pesan keparat yang kuterima tadi pagi. Hampir saja aku menangis lagi, tapi segera ku tahan, mengingat sudah seberapa besar bengkak di mataku sekarang. Aku melihat ke arah jam dinding. Pukul 15.00 WIB. Ternyata cukup lama aku terlelap. Dan aku tak tahu harus melakukan apa sekarang ini. Jadi kuputuskan saja untuk membuat kopi di dapur.
            Saat tengah menikmati kopi dan membaca novel yang belum ku selesaikan, tiba-tiba ada yang mengetok pintu rumahku. Siapa sih sore-sore bertamu, batinku. Tanpa pikir panjang aku berjalan ke arah pintu dan langsung membukanya. DEG! Pria brengsek ini rupanya. Aku segera menutup kembali pintu yang baru kubuka, tapi terlambat. Mario telah menahannya lebih dulu sehingga tak dapat ku tutup.
            “Lo kenapa Kay? Abis nangis?” Tanyanya dengan nada cemas yang bagiku tak lebih dari kata-kata sampah. Dia masih dalam posisi menahan pintu yang setengah tertutup.
            “Ngapain lo kesini? Pulang sana! Gue ga butuh lo disini!!” Kataku ketus.
            Dia mendorong pintu lebih kuat lagi, dan aku tak mampu menahannya. Pintu pun terbuka lebar. Dia menatap mataku yang bengkak.
            “Lo kenapa, sih? Tadi gue ke kampus nyariin lo, tapi kata temen-temen lo hari ini lo absen. Lo sakit?”
            “Peduli apa lo sama gue! Mo gue sakit kek, mo mati kek, apa urusannya sama lo?!!”
            “Kay.... Gue ada salah ya?” Tanyanya dengan nada yang terdengar lelah.
            Aku diam saja. Tak berniat ingin menjawabnya.
            “Kay.... Gue salah apa? Lo marah gara-gara gue ngebatalin janji? Maaf deh, ga lagi-lagi. Tapi, lo jangan diem aja. Gue bingung mau ngomong apa jadinya.”
            “Gaada yang nyuruh lo ngomong. Mending lo pulang sekarang, gue lagi ga pengen diganggu.”
            “Nggak. Gue nggak bakalan pulang sebelum lo kasih tau ke gue kenapa lo marah, dan sebelum lo maafin gue.”
            Aku mendesah kesal. Tak ingin lama-lama melihat wajahnya lagi. Jadi biar saja dia tahu apa yang membuatku marah. Aku masuk ke dalam kamar mengambil buku kecilku. Lalu aku kembali ke teras di depan rumah. Mario sudah duduk di kursi tamu. Aku duduk di kursi lainnya dan menyodorkan buku kecil yang baru kutulisi tadi pagi padanya.
            Dia membacanya. Dia terlihat sangat serius. Dan. Lamaaa sekali. Aku sampai bertanya-tanya, apa sih yang membuatnya lama sekali memahami isi tulisanku itu. Seingatku, aku tak begitu panjang menuliskan amarahku disitu. Tiba-tiba dia mengangkat wajahnya dari buku itu dan menatapku.
            “Lo... Lo suka sama gue?” Tanyanya dengan nada berat.
            Tak ada jawaban. Dia melanjutkan.
            “Sorry, Kay. Gue nggak tahu dan nggak nyangka kalo lo suka sama gue. Selama ini gue baik sama lo, perhatian sama lo, banyak ngabisin waktu sama lo, ya... karena gue ngerasa nyambung sama lo. Gue nganggep lo temen ngobrol yang asik. Lo selalu ngerti apa yang gue omongin dan kita punya ketertarikan yang sama dalam banyak hal. Dan selama ini gue belum nemu temen yang kayak lo. Makanya itu gue nggak bosen main sama lo.
            “Dan gue nggak nyangka kalo bakalan gini jadinya. Gue nggak ada maksud buat ngasih lo harapan dan nyakitin elo. Sorry kalo selama ini lo salah mengartikan tindakan gue, karena gue udah punya pacar. Dan gue sayang banget sama cewek gue.”
            Dia menghela nafas pelan. Aku hanya diam. Mencerna kembali setiap perkataannya. Dan setelah melewatkan beberapa menit dalam keheningan. Barulah aku menyadari, ternyata selama ini Mario memang tak pernah memberikanku harapan. Akulah yang mengharapkannya. Aku yang menganggap semua perbuatan baiknya padaku disebabkan karena dia menyukaiku. Tiba-tiba aku merasa malu sendiri. Tidak seharusnya aku menyalahkan dia atas perasaanku sendiri.
            “Sorry.” Cuma itu yang terlintas di otakku saat ini.
            “Buat?” Tanyanya.
            “Sorry, karena gue udah marah sama lo tanpa lo tau alesannya. Sorry kalo gue juga udah salah nganggep lo suka sama gue. Selama ini gue nya aja yang ngarep, padahal lo gapernah nganggep gue lebih dari sekedar temen.” Aku tertunduk. Hendak menangis lagi menyadari kebodohanku.
            “Udalah, gue nggak apa-apa kok. Gue Cuma nggak pengen lo marah sama gue dan gue kehilangan temen terbaik gue.” Dia menepuk-nepuk punggungku.
            Aku tersenyum. Sekali lagi menyadari betapa baiknya pria disampingku ini. Beruntung sekali kekasihnya, mempunyai seorang pacar yang setia dan baik hati.
            “Eh, ngomong-ngomong, tadi kata lo, pacar lo masuk rumah sakit ya? Dia kenapa?”
            “Iya, maag nya kambuh. Dia emang gitu, kalo udah sibuk sama tugas-tugasnya bakal lupa sama makan. Abis dari sini gue mau ke rumah sakit lagi, lo mau ikut? Ntar gue kenalin sekalian.”
            “Emm.... Tapi mata gue lagi gini.” Aku menunjuk ke arah mataku yang sangat besar.
            “Hahaha. Nggak papa kok, lo masih keliatan cantik. Tambah cantik malah. Hahaha.” Dia tertawa terbahak-bahak setelah menggodaku habis-habisan. Menggoda dalam artian terhadap teman. Bukan menggoda untuk mendapat perhatian.
            Aku hanya tertawa sambil memukuli lengannya sesekali. Aku merasa senang kini. Akan kucoba menghilangkan perasaan sayang ini secara perlahan. Aku tak ingin merusak persahabatan kami dan kehilangan sosok Mario yang begitu baik. Mungkin dia memang bukan orang yang ditakdirkan bersamaku sebagai seorang kekasih. Tapi dia orang yang ditakdirkan untuk bersamaku sebagai seorang sahabat. Dan karena dia baik kepadamu, bukan berarti dia menyukaimu. Pribadinyalah yang menjadikannya baik :)
                                                                          * * * 
Muehehe maapin yah masih amatiran. Baru belajar nulis soalnya :D Makasih udah nyempatin baca. Sorry kalo ceritanya random gitu wkwk.


Karya   : Lidya Christin Silalahi
Sumber : http://martabakmietelor.blogspot.com/2013/06/bukan-berarti.html